Ketika angin topan Sandy menerpa New York awal pekan (29/10)
lalu, banyak profesional terpaksa diam di rumah. Begitu pula dengan Wimboh Santosa,
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia di New York. Selama tiga hari
dia tidak pergi ke kantor BI di New York City karena pemerintah setempat
mengharuskan penduduk untuk tetap tinggal di rumah.
Tapi bukan berarti Wimboh dan lima pegawai BI cabang New York libur. Mereka tetap “ngantor”. Cuma, selama tiga hari itu kantor BI New York pindah sementara ke rumah dinas Wimboh di Queens. “Kami tidak libur karena harus memonitor pasar,” ujar dia. Menurut pria berumur 55 tahun ini, BI New York bertugas mengelola portofolio devisa yang tidak bisa ditinggal libur cuma karena topan Sandy menerjang.
Untunglah, kendati tetangga kanan kiri rumah ada saja yang mengalami musibah kecil atau besar, seluruh pegawai BI New York sehat sentosa selama bencana itu terjadi. “Alhamdulillah, kami aman dan sehat-sehat saja,” ujar Wimboh.
Satu hikmah yang dia petik dari musibah ini adalah kesiapan Pemerintah AS mengantisipasi dan menghadapi bencana. Seluruh gambaran bencana itu sudah diprediksi beberapa hari sebelum terjadi. Berbekal ramalan itu, langkah antisipasi diambil pemerintah.
Agar orang tidak keluar rumah, misalnya, kereta bawah tanah yang menjadi urat nadi New York berhenti beroperasi. Orang diminta berdiam di rumah, menjauh dari jendela, dan berlindung ke basement.
“Ternyata seluruh prediksi yang digambarkan benar-benar tepat terjadi,” tutur Wimboh kagum. Hasilnya, korban bencana ini relatif minim dibanding dengan skala bencana dan kerusakan yang terjadi di New York.
Meski begitu, tak urung Wimboh tetap merasakan dampak Sandy yang sudah lewat. Hari pertama kembali ngantor Wimboh kena macet dua jam. “Biasanya setengah jam sudah sampai kantor,” katanya.
Sumber Mingguan KONTAN, Edisi 5 - 11 November 2012
Tapi bukan berarti Wimboh dan lima pegawai BI cabang New York libur. Mereka tetap “ngantor”. Cuma, selama tiga hari itu kantor BI New York pindah sementara ke rumah dinas Wimboh di Queens. “Kami tidak libur karena harus memonitor pasar,” ujar dia. Menurut pria berumur 55 tahun ini, BI New York bertugas mengelola portofolio devisa yang tidak bisa ditinggal libur cuma karena topan Sandy menerjang.
Untunglah, kendati tetangga kanan kiri rumah ada saja yang mengalami musibah kecil atau besar, seluruh pegawai BI New York sehat sentosa selama bencana itu terjadi. “Alhamdulillah, kami aman dan sehat-sehat saja,” ujar Wimboh.
Satu hikmah yang dia petik dari musibah ini adalah kesiapan Pemerintah AS mengantisipasi dan menghadapi bencana. Seluruh gambaran bencana itu sudah diprediksi beberapa hari sebelum terjadi. Berbekal ramalan itu, langkah antisipasi diambil pemerintah.
Agar orang tidak keluar rumah, misalnya, kereta bawah tanah yang menjadi urat nadi New York berhenti beroperasi. Orang diminta berdiam di rumah, menjauh dari jendela, dan berlindung ke basement.
“Ternyata seluruh prediksi yang digambarkan benar-benar tepat terjadi,” tutur Wimboh kagum. Hasilnya, korban bencana ini relatif minim dibanding dengan skala bencana dan kerusakan yang terjadi di New York.
Meski begitu, tak urung Wimboh tetap merasakan dampak Sandy yang sudah lewat. Hari pertama kembali ngantor Wimboh kena macet dua jam. “Biasanya setengah jam sudah sampai kantor,” katanya.
Sumber Mingguan KONTAN, Edisi 5 - 11 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar